Sepotong Mozaik Kehidupan (IMYEP 2012)



Hmmm...satu tarikan nafasku. Hari ini tanggal 26 September. Cuaca di luar cukup cerah. Teman Program pertukaran pemuda Indonesia Kanada berangkat hari ini. Pagi tadi aku sempat mengantarnya ke Bandara Internasional Minangkabau. Dengan ditemani ke dua orang tuanya Tika, akan menjelang hari-hari yang baru jauh di sana di tanah kelahiran justin bieber. Di tanah tempat tumbuhnya pohon maple. Semoga hari-hari mu menyenangkan Tika. 2 hari lagi program SSEAYP berangkat. 8 hari lagi teman Program Australi berangkat. Program Malaysia sudah sebulan berlalu. Tepat satu bulan yang lalu kebersamaan bersama teman-teman seluruh Indonesia dan Malaysia. Tepat satu bulan yang lalu pertemuan yang sempat beberapa kali pengunduran terjadi. Tepat satu bulan yang lalu kami saling bertemu di dunia nyata, walaupun sebelumnya bertemu di dunia maya.
Bandara Internasional Soekarno Hatta terminal A1 adalah tempat yang kami sepakati untuk janjian ketemu dari seluruh Indonesia. Seperti orang yang ingin kencan saja, perasaan ku hari itu deg-deg an, jantung berdebar, dan mata merah karena malamnya pun tidak cukup tidur. Jam 4 subuh aku sudah siap-siap menuju Bandara Internasional Minangkabau karena aku dapat penerbangan 6.45. Aku mengambil kembali jatah tidurku di atas pesawat udara Lion Air penerbangan nomor 307 JT.
Pukul 07.35 sampai di bandara yang dituju. Agaknya terjadi perubahan tempat berkumpul dari 1A menjadi 1B. Harus jalan beberapa puluh meter lagi kalau begitu. Tak sabar rasanya ingin melihat wajah teman-teman secara langsung dan mendengar ocehan mereka yang biasanya kami lakukan di jejaring sosial selama ini.
Satu per satu kontingen propinsi berdatangan. Ah, aku bangga sekali punya sahabat di negara kepulauan yang besar ini.
Hmm..Di kamar kost an yang berukuran 3,5x 2,5 ini kenangan itu mulai kutuangkan lagi. Cuaca Padang yang panas baik pada malam hari apalagi siang hari menyelimutiku. Program yang aku ikuti ini disebut IMYEP alias Indonesia Malaysia Youth Exchange Program tahun 2012-merupakan Pertukaran Pemuda yang diadakan Kemenpora RI serta kerjasama Kementrian Belia dan Sukan Malaysia-.Aku akui perjalanan ke Malaysia adalah pengalaman ke luar negeri yang pertama bagi diriku sendiri. Di dalam hati aku berikrar ini boleh jadi yang pertama, tapi ini bukanlah yang terakhir. Akan ada perjalanan luar negeri yang lain yang harus ku dapatkan. Sambil berikrar dalam hati. Amin
Hmm..aku kembali teringat sesuatu, aku ambil dompet dari saku belakang. Dari dompet itu aku keluarkan secarik kertas. Aku kembali kembali menatap kertas lusuh dari dompet itu sambil tersenyum tipis. Di kertas lusuh itu aku goreskan mimpi-mimpi ku karena waktu itu aku habis menonton video motivasi dalam salah satu acara di kampus. Video itu mendoktrin penontonnya agar menulis apa saja yang menjadi mimpi-mimpi kita dalam secarik kertas agar tidak lupa. Seketika itu pun aku terhipnotis untuk menulis setiap mimpi yang terlintas dalam benakku. Dalam list tentang impianku, ada catatan tentang ke luar negeri. Alhamdulillah berarti resep menuliskan mimpi di atas kertas tidak sia-sia. Bisa juga aku meraihnya. Ucapan terima kasih kuhaturkan buat yang mempertontonkan video itu. Tinggal mimpi-mimpi yang lain yang belum terealisasikan tapi selama ada usaha becampur dengan do’a apa sih yang tidak bisa kita raih di dunia ini? Semuanya tinggal menunggu waktu saja.
21.08 jam digital di hp menunjukkan jam segitu. Jam segini waktu di program dulu kami sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pembekalan selama 3 hari atau 2 hari  atau sebenarnya 1 hari sudah cukup untuk membuktikan bahwa kami adalah pemuda-pemudi tangguh yang serba bisa. Mulai dari persiapan buat culture performance dan lain-lain, bongkar barang kemudian packing lagi. Siang–malam kami lalui dengan kegiatan yang super padat sehingga tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar seperti telponan dengan keluarga atau sanak famili lainnya. Kami dituntut benar benar fokus dan profesional walaupun kami datang dari latar belakang yang berbeda beda. Ada yang memang penari sungguhan ada juga penari dadakan. Namun degan latihan yang keras tersebut kami menjadi seniman yang bisa mempertunjukkan sebuah mahakarya seni yang sungguh memukau.
Hmm...Malaysia adalah tetangga kami. Kami bangsa satu rumpun. Kami sama-sama orang melayu. Kami sama-sama berkulit sawo matang, walaupun ada satu dua yang sawonya terlalu matang. Bahasa yang kami gunakan pun hampir sama. Namun tetap ada perbedaan yakni Indonesia negara kepulauan terbesar yang kaya akan seni dan budaya.
30 agustus- selamat datang di KLIA. Kuala Lumpur Internasional Airport.
Disambut dengan senyuman yang manis oleh 22 belia Malaysia di hotel Dynasti Kuala Lumpur mengisyaratkan bahwa hari-hari yang menyenangkan telah siap menanti kami. Malaysia itu terdiri dari tiga etnis. Melayu, India dan China. Mereka menguasai bahasa dan budaya mereka masing masing tapi tetap Melayu sebagai bahasa utama dan Inggris sebagai bahasa ke dua.
Disuguhi makan malam di hotel berbintang sungguh luar biasa. Seperti pejabat saja kami ini. Dilayani dengan baik dan disuguhi makanan yang enak-enak. Memang hidup itu indah kawan. Setelah makan malam kami menuju sebuah aula guna mengikuti pembukaan sekaligus penyambutan. Sungguh asyik acaranya dan keakraban dengan teman-teman Malaysia kian tampak. Kami melebur dalam suasana tanpa menghiraukan tubuh yang letih atau pun jet lag selama perjalanan karena waktu di Malaysia lebih cepat dari Indonesia 1 jam.
31 agustus merupakan hari kemerdekaan Malaysia. Pagi-pagi sekali kami turun ke jalan dengan semangat yang berapi-api bak orang yang mau berdemo ke gedung DPR menuntut penurunan harga sembako, tapi  kali ini kami menuju Dataran Merdeka dan itu bukan untuk berdemo tapi, untuk merayakan hari kemerdekaan Malaysia. Seluruh warga tumpah ruah ke jalanan, tua, muda, kecil besar, dengan antusiasnya menyambut hari itu. Berbagai atraksi ditampilkan mulai dari tari-tarian yang enerjik dan mengundang kita semua untuk bergoyang, kemudian pawai kendaraan era 70an, marching band dan parade lainnya yang membuat suasana hari itu sungguh ramai.
Setelah merayakan hari kemerdekaan, kami bertolak ke KLCC alias Kuala Lumpur City Center alias menara kembar. Menara yang menjadi ikon nya Malaysia ini tampak gagah menjulang ke langit tak jauh dari si kembar juga ada KL tower yang tingginya menempati urutan ke empat di dunia. Mahakarnya yang patut dibanggakan. Baik dari KL tower ataupun KLCC kita dapat melihat kota kuala lumpur dari atas, kota metropolitan yang tetap teratur.
Esok harinya kami bertolak ke Malaka tepatnya di kampung Ayer Limau, jadi malam hari kami musti packing lagi. Di sana kami dipertemukan dengan keluarga angkat. Sungguh meriah sambutannya. Keadatangan kami disambut dengan shalawat nabi, kami seperti rombongan jama’ah haji yang baru pulang dari tanah suci. Pun ada pertunjukan silat.
Nama Malaka sendiri berasal dari nama pohon. Konon kabarnya nama-nama daerah di Malaysia memang banyak terinsipirasi dari nama pohon. Tentang pohon Malaka sendiri ditemukan oleh raja Parameswara dari kerajaan Sriwijaya. Ceritanya ketika itu ia melarikan diri dari kejaran musuh sampai di bawah pohon yang bernama Malaka. Dari hari ke hari wilayah itu ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Penyambutan berlangsung meriah dengan konsep sederhana. Ada saja kejadian lucu yang terjadi ketika penyambutan itu. Ketika pak Cecep national leader dari  Indonesia ingin menyerahkan plakat ternyata plakatnya jatuh dan sontak membuat audien menahan tawa. Setelah itu ada sedikit acara penanaman pohon.
Semua peserta merasa antusias sekali bertemu dengan orang tua baru mereka seakan-akan mereka memang bertemu dengan orang tua kandung yang kala itu jauh di kampung halaman sana. Udara di Malaka cukup panas dan tak kalah panas jika dibandingkan dengan Padang.
Peserta Indonesia dipasangkan dengan peserta Malaysia untuk tinggal di dalam satu rumah orang tua angkat. Aku dan 3 orang temanku tinggal tak jauh dari balai desa sehingga menuju rumah dapat ditempuh dengan jalan kaki saja.
“Selamat datang di rumah mak. Mari masuk” kata emak
“Iya mak” serentak kami jawab
“Emak tinggal sini sama bapak dan seorang pembantu. Anak-anak mak sudah besar semua dan sudah berkeluarga. Jadi di rumah mak banyak kamar kosong. Semoga betah tinggal di sini. Sile letak barang-barang nya dulu. Lepas tu kita makan siang.” imbuh mak.
Setelah makan siang bersama orang tua angkat masing-masing, sorenya sekitar pukul tiga kami kembali berkumpul di balai desa tempat kami disambut tadi. Tidak jauh dari sana sudah tersedia 2 bus besar yang siap membawa kami untuk kegiatan selanjutnya. Sore sampai magrib kami lewati dengan mengikuti aneka permainan yang menyenangkan dan tentu saja peserta tetap antusias. Malamnya ada pertunjukan silat lagi dari pemuda setempat. Silat yang dibawa dan dikembangkan oleh orang Indonesia di sana.
Hari ke dua di Malaka kami isi dengan kunjungan ke peternakan dan pembudidayaan jamur milik encik Faisal. Encik Faisal adalah sorang pemuda Malaysia yang sedang merintis usahanya. Orangnya masih muda dan penuh semangat. Pertanyaan pun datang bertubi-tubi menyerang encik Faisal dan itu semua dapat diatasinya dengan baik. Usaha yang dimiliki encik Faisal antara lain pembudidayaan jamur, peternakan ayam kampung, peternakan kambing, perkebunan karet. Semua usahanya ini digarap bersama keluarganya. Jadi setelah tamat kuliah encik langsung menjadi wirausahawan. Sungguh pemuda yang kreatif.
            Kegiatan pada hari itu dilanjutkan dengan belajar memasak dan menganyam. Warga setempat dengan senang hati mengajarkan kami. Hal itu pun kami ikuti dengan senangnya. Setelah makan siang kami beranjak pulang. Tidak ada kegiatan pada siang itu karena pada malam harinya kami harus penampilan seni.
            Kembali ke Indonesia bersama teman-teman dari Malaysia merupakan suatu hal amat susah di lupakan, mengunjungi Monas sebagai landmarknya Jakarta, berdiskusi dengan pak menteri, duduk dan ber audiensi di kursi empuk komisi X DPR, menyaksikan kembali sejarah kebangkitan bangsa Asia Afrika  di gedung Asia Afrika dan kursus bermain angklung singkat dari saung mang Udjo. Ah pengalaman itu memang manis sekali.
            Ah, perpisahan sering kali diwarnai isak tangis dan ucapan rindu dan kangen. Ya, itulah yang terjadi dikala program akan berakhir. Entah kapan kami akan bersua lagi, entah kapan akan tertawa bersama melupakan semua masalah yang ada, entah kapan lagi kami menjadi tamu kehormatan yang turut memelihara perdamaian antar bangsa, entah kapan sibuk memikirkan attire yang harus dipakai, entah kapan harus menjadi seniman yang mampu menampilkan keelokan budaya budaya sendiri. Satu hal yang dapat kami ambil dari perjalanan ini adalah betapa pentingnya persahabatan itu kawan. Orang bijak berkata “seribu orang teman terlalu sedikit satu orang musuh terlalu banyak”. Begitulah persabatan itu. Persahabatan itu ibarat harta yang tak ternilai harganya.
            I want to live my life to the absolute fullest
            To open my eyes to be all I can be
            I want to jump over fences
            To take the roads not taken    
            To meet faces unknown
            To feel the wind
            To touch the stars
            I promise to discover my self
Life is an adventure


Hmmm...
Padang 26 September 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

balada Usup Haryono

PESAWAT DAN CERITANYA

Menuju UI 1: Pemilihan Rektor Universitas Indonesia 2014