MERANTAU

           Ada rasa bangga yang muncul di dalam hati saya ketika disebutkan tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Sumatera Barat (red Minangkabau). Sebagai pemuda Minang ingin rasanya  seperti Bung Hatta yang merupakan tokoh proklamator Indonesia. Orang yang jujur dan tekun. Ingin juga rasanya mengenyam kuliah di luar negeri sana dan kembali untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
          Atau seperti Buya HAMKA, ulama sekaligus sastrawan yang memikat. Beliau berkontribusi besar untuk negeri ini. Namanya harum seharum karyanya. Ataupun seperti Sutan Syahrir, M.Natsir, H. Agus Salim, Tan Malaka, M. Yamin, dan masih banyak yang lainnya.
          Setelah saya cermati kisah hidup mereka satu persatu. Sayapun sampai pada suatu kesimpulan bahwa kalau ingin jadi orang besar merantaulah karena di rantau kita akan ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi yang mumpuni. Berikut saya kutip kata mutiara yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi:
 “Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah,manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak kerena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih,jika tidak,akan keruh menggenang
Singa jika tidak tinggalkan sarang tak akan mendapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari dan orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan melihat
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
kayu gahuru tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan”

                Kata-kata tersebut diajarkan dan ditanamkan kepada para siswa di Pondok pesantren Gontor jawa Timur. Menurut hemat saya sangatlah inspiratif kata-kata sederhana ini dan memang benar adanya.
                Pada novel keduanya pun-ranah 3 warna-saya menemukan kata-kata inspiratif lainnya. Seperti ini bunyinya:
“Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus meneruslah berbuat baik ketika di kampung atau di rantau
Jauhilah perbuatan buruk dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar di perut bumi dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian yang akan tercapai
Jangan cari kemuliaan di kampung kelahiranmu
Sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tidak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan"

                Kata-kata tersebut diterjemahkan dengan bebas dari syair Sayyid Ahmad Hasyim, syair ini diajarkan pada tahun ke 4 di pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Bismillah, semoga niat baik ini dimudahkan

Rawamangun, Jakarta, 8 November 2012.
               



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

balada Usup Haryono

PESAWAT DAN CERITANYA

Menuju UI 1: Pemilihan Rektor Universitas Indonesia 2014